MAKALAH
GEOMORFOLOGI DASAR
( PENGERTIAN,
SEJARAH DAN ARTI PENTING GEOMORFOLOGI )
OLEH :
YEMIMA OTOLUWA
451 416 012
KELAS A
UNIVERSITAS NEGERI
GORONTALO
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN ILMU DAN
TEKNOLOGI KEBUMIAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
GEOGRAFI
TAHUN 2016
- PENGERTIAN
GEOMORFOLOGI
Geomorfologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi dan perubahan-perubahan yang
terjadi pada bumi itu sendiri. Geomorfologi biasanya diterjemahkan sebagai ilmu
bentang alam. Mula-mula orang memakai kata fisiografi untuk ilmu yang
mempelajari tetang ilmu bumi ini, hal ini dibuktikan pada orang-orang di Eropa
menyebut fisiografi sebagai ilmu yang mempelajari rangkuman tentang iklim,
meteorologi, oceanografi, dan geografi. Akan tetapi orang, terutama di Amerika,
tidak begitu sependapat untuk memakai kata ini dalam bidang ilmu yang hanya
mempelajari ilmu bumi saja dan lebih erat hubungannya dengan geologi. Mereka
lebih cenderung untuk memakai kata geomorfologi.
- SEJARAH
GEOMORFOLOGI
Geomorfologi sejak awal
abad 19 telah dikenal di negara-negara berkembang dan sebagai disiplin akademik
kira-kira muncul sebelum abad ke 17. Perkembangan yang pesat dari geomorfologi
terjadi pada awal abad ke 20 di negara-negara berkembang, sedangkan di Indonesia
geomorfologi baru dikenal pada awal abad ke 20. Awal perkembangannya
geomorfologi lebih bersifat akademik, sebagai ilmu pendukung geografi dan
geologi, tetapi dalam dasawarsa terakhir ini geomorfologi mulai dirasakan arti
pentingnya dalam pembangunan maupun dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Geomorfologi yang kita pelajari seperti saat sekarang ini telah melalui
pengalaman panjang dalam membangun konsep dasar dan metodologinya. Ada 5 fase
perkembangan geomorfologi yang dapat ditelusuri, yang masing-masing uraiannya
adalah sebagai berikut:
1). Fase pertama (sebelum abad ke 17)
Fase ini merupakan fase
peletak dasar pemikiran geologi dan geomorfologi yang telah dimulai lima abad
sebelum Masehi (Thornbury, 1954). Pandangan kuno yang terkait dengan geologi
dan geomorfologi seperti dikemukakan oleh Herodutus (485-425 SM), Aristotle
(384-322 SM), Strabo (54 SM – 25 M) dan Senecca (- SM – 65 M). Herodutus, mengamati
penimbunan geluh (loam) dan lempung (clay) oleh
S. Nil, sehingga memberikan julukan “Mesir adalah pemberian S. Nil”. Pandangan
Herodutus yang lain adalah perbukitan di Mesir yang mengandung kerang, pada
masa lampau pernah di bawah permukaan laut.
Aristotle, berpandangan bahwa air yang keluar dari mata air itu berasal dari air
hujan yang mengalami perkolasi ke bawah permukan tanah; air yang ada di dalam
bumi berasal dari kondensasi di udara yang masuk ke permukaan bumi, dan air
yang berada di dalam bumi menguap dengan berbagai jalan. Strabo, mengamati
dan mencatat adanya penenggelaman lokal dan munculnya daratan. Strabo
berpendapat bahwa “Vale of Tompe” merupakan basil gempa bumi, selain itu juga
mengatakan bahwa G. Vesuvius adalah gunungapi, meskipun semasa hidupnya
gunungapi tersebut belum pernah meletus. Pandangan Strabo yang lain adalah
bahwa delta dari sungai bervariasi menurut daerah aliran sungainya; delta yang
besar terbentuk bila daerah yang dialiri luas dan batuannya lemah, dan
pembentukan delta terpengaruh oleh pasang surut dan aliran sungai.
Seneca, mengenal gempa bumi lokal alami, tetapi masih menganggap bahwa gempa
bumi terjadi sebagai akibat bencana internal dari angin daratan. Seneca juga
beranggapan bahwa air hujan cukup untuk mengisi sungai-sungai, dan juga
berpandangan bahwa tenaga aliran sungai dapat mengikis lembah-lembahnya.
Avicenna (Ibnu Sina, 987-1037) berpandangan bahwa asal mula pegunungan dapat
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu pengangkatan seperti yang terjadi oleh
gempa bumi, dan oleh pengaruh air yang mengalir dan embusan angin yang
membentuk lembahlembah pada batuan lunak. Leonardo da Vinci (1452-15190)
berpandangan bahwa lembah terkikis oleh sungai dan sungai tersebut mengangkut
material dari suatu tempat di permukaan bumi dan mengendapkannya di mana saja.
Dalam fase pertama ini
sebagian besar pandangan memberikan teori dasar terutama tentang proses
berdasarkan pengamatan lokal, dan berusaha memberikan penjelasan bagaimanakah
suatu fenomena alam tersebut terjadi. Pada fase ini ilmu geomorfologi belum
muncul, tetapi pandangan-pandangan yang dikemukakan sebagian masih relevan
dengan konsep yang berlaku hingga saat ini.
2). Fase kedua (Abad 17 dan 18).
Pada fase ini ada dua
konsep yang menonjol, yaitu konsep katastrofisme dan konsep uniformitarianisme
(King, 1976). Konsep katastrofisme dikemukakan oleh Abraham Kitlob Wenner
(1979-1817). Konsep tersebut muncul atas dasar pengamatan Wenner pada
strata batuan yang ternyata setiap stratum (lapisan) memiliki sifat yang khas.
Hasil pengamatan tersebut diformulasikan menjadi konsep lahirnya bumi yang
berasal dari basin lautan yang besar. Wenner berpandangan bahwa setiap stratum
batuan terjadi pads suatu dasar tubuh perairan yang luas kemudian mengendapkan
sedimennya di atas stratum yang ada sebelumnya. Material yang lebih mampat terendapkan
oleh larutan yang pekat/kental. Pada waktu material secara berangsur-angsur
diendapkan, laut secara berangsur-angsur menyusut sehingga terbentuk daerah
yang sekarang ini. Pandangan Wenner lain yang terkait dengan konsep dasar
geomorfologi adalah:
1. batuan dasar yang berupa batuan granit tidak berfosil;
2. setiap gradien sungai akan mencapai tingkat keseimbangan, dan gradien
sungai merupakan fungsi dari kecepatan, debit dan muatan sedimen;
3. seluruh sistem sungai merupakan suatu sistem yang terintegrasi.
3). Fase Ketiga (Awal abad 19).
Pada fase ke tiga dari
perkembangan geomorfologi ada tiga tokoh yang terkenal yaitu: Sir Charles Lyell
(1797-1875), Dean William Buckland (1784-18560 dan Louis Agassiz (1807-1873).
Lyell sebenarnya lebih antusias dalam geologi daripada ke geomorfologi,
dengan bukti karyanya yang berjudul “Principle of Geology”. Sumbangan
pemikirannya dalam geomorfologi adalah tentang perkembangan bentuklahan yang
lambat bahkan melebihi waktu geologi. Meskipun Lyell banyak mengadakan
pengamatan terhadap muatan suspensi, debit dan peubah-peubah lainnya, tetapi
memberikan suatu konsep yang mendasar. Dalam pengamatannya terhadap gletser
(es), Lyell tidak mempercayai kapasitas daya angkutnya dalam memindahkan
bongkah dan endapan gletser. Buckland, sangat setuju dengan
siklus hidrologi, akan tetapi tidak begitu mengerti mengapa sungai dapat
membentuk lembahnya sendiri. Buah fikiran Buckland yang lain adalah:
1.
relief merupakan basil dari struktur
geologi dan bukan oleh proses erosi;
2.
material yang terangkut dari hulu dan
melalui lembah sungai akan terendapkan di laut;
3.
pasang surut merupakan tenaga utama dalam
transportasi material di bawah permukaan air laut.
Agassiz, terkenal dengan teori glasialnya, bersama-sama dengan Buckland
mengadakan perjalanan ke Swiss. Mereka mengadakan pengamatan terhadap pantai
dasar glasial, yang akhirnya menghasilkan formulasi tentang struktur endapan
glasial, endapan “till “, karakteristik “moraine”, striasi
dan gravel glasial.
4). Fase ke empat (Akhir abad 19).
Pada fase ke empat ini
paling tidak ada lima tokoh yang terkenal, yaitu: Sir Andrew Ramsey; G.K.
Gilbert; J.W. Powell; C.G. Greenwood dan J.B. Jukes. Sumbangan fikiran Ramsey (1814-1891)
dalam geomorfologi terutama dalam proses glasial. Pendapat penting dari Ramsey,
antara lain:
1. ada hubungan penting antara teori glasial dengan teori fluvial; terutama
untuk mengetahui tenaga gletser untuk mengerosi;
2. kejadian danau di daerah bergletser tidak dapat dijelaskan dengan proses
fluvial, tetapi dapat dijelaskan dengan proses glasial;
3. tenaga erosi dari gletser terutama terdapat pads bagian bawah;
4. ada hubungan antara retakan/lenturan dengan arah sungai.
Powell (1834-1902) banyak
memberikan konsep dasar dalam geomorfologi, antara lain :
1. prinsip dari “base level” yang menyatakan bahwa “base
level” akhir adalah permukaan air laut;
2. proses erosi itu memiliki potensi relatif;
3. mengusulkan dua klasifikasi lembah sungai, yaitu atas dasar hubungan antara
strata lembah daerah yang dilalui dan klasifikasi lembah menurut genetiknya.
Gilbert (1843-1918), memberikan dasar-dasar geomorfologi yang hingga kini
masih digunakan. Gilbert terkenal sebagai penulis metode ilmiah dan
memformulasikan pemikiran-pemikiran induktif dan deduktif dalam analisis
geomorfik. Konsep-konsep geomorfologis yang dikemukakan Gilbert, antara lain:
1. teori “grade” yang menunjukkan adanya suatu rangkaian
hubungan antara proses dan kenampakan, yang kemudian diasosiasikan dengan
konsep penyesuaian dinamis;
2. pengangkutan material di sungai meliputi pengangkutan material hasil erosi,
erosi dasar sungai dan pengurangan ukuran material dasar oleh proses
gesekan/benturan;
3. lereng merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap transportasi
material oleh air;
4. bertambahnya debit (luah) akan menyebabkan meningkatnya kecepatan aliran
yang selanjutnya memperbesar kecepatan pengangkutan;
5. dalam penyelidikan komponen fisikal hams dilandasi dengan formulasi teoriteori.
Greenwood (1793-1875) adalah
pendukung Hutton dan Playfair. Konsep yang dikemukakan oleh Greenwood adalah:
1. proses denudasi di suatu lahan dapat dijelaskan dengan hujan dan sungai;
air huj an yang jatuh di permukaan bumi membawa material halus di sepanjang
lereng membentuk alur-alur dan akhirnya membentuk sungai-sungai kecil;
2. lembah dan lereng merupakan suatu sistem yang terintegrasi.
Jukes (1811-1869), mengemukakan pandangannya bahwa erosi marin tidak dapat
membentuk lembah. Jukes adalah orang pertama yang mengidentifikasikan peranan
vegetasi dalam pembentukan bentukahan.
5). Fase ke lima (Awal abad 20)
Dalam fase lima ini
tokoh yang paling terkenal adalah William Moris Davis (1850-1934). Teori yang
pertama dikemukakan adalah “Siklus Geomorfik” yang diterbitkan tahun 1889 dalam
makalahnya yang berjudul “The rivers and valleys in Pennsylvania”. Dalam
siklus geomorfik tersebut disebutkan bahwa semua bentuklahan akan berkembang
menurut tiga stadium, yaitu : stadium muda, dewasa, dan tua. Konsep Davis
lainnya yang terkenal adalah trilogi. Konsep trilogi tersebut menjelaskan bahwa
bentukahan ditentukan oleh struktur, proses dan stadium.
Walther Penk dalam tahun
1920 dan 1930 mengemukakan keberatannya terhadap teori Davis. Perbedaannya
terletak pada pandangannya terhadap perkembangan bentuklahan. Menurut Penck
perkembangan bentanglahan tergantung oleh pengaruh tektonik yang aktif dan
iklim. Akhirnya Penck menyadari bahwa pendekatan yang dilakukannya bersifat
geologis, sedangkan pendekatan Davis lebih bersifat geografis.
Setelah periode Davis
dan Penck banyak buku teks geomorfologi yang terbit, akan tetapi hingga tahun
1960 (an) sebagian besar masih mengikuti konsep Davis, antara lain: Lobeck
(1939), Thornbury (1954), Wooldridge (1959) dan Spark (1960). Setelah tahun 1960
(an) buku-buku teks geomorfologi dapat dikelompokkan menjadi empat atas dasar
pokok bahasannya sebagai berikut.
1. Kelompok topikal, yaitu yang menekankan pada salah satu aspek geomorfologi
seperti proses pelapukan (Oilier, 1969), proses fluvial (Leopold, et al, 1964),
Morisawa, 1968 dan Richard, 1982); gunungapi (Olier, 1969) dan pantai (Pethick,
1979)
2. Kelompok metode dan tehnik penelitian dalam geomorfologi seperti King dan
Goudie (1981, 1990), Dackombe (1983) dan Verstappen (1976);
3. Kelompok pemetaan, yaitu yang menekankan pada tehnik pemetaan morfologi dan
geomorfologi, seperti Verstappen dan Van Zuidam (1966, 1979), Klimmaszeski
(1978), Demek (19780 dan Dorses dan Salome (1973);
4. Kelompok terapan, yaitu yang menekankan pada terapan geomorfologi untuk
berbagai tujuan seperti dalam bidang evaluasi lahan, kerekayasaan, konservasi
lahan, evaluasi sumberdaya material dan dalam bidang
lingkungan, seperti Van Zuidam, et al., (1979), Cooke, et al., (1974, 1982),
Verstappen (1983), Maitor Pesci (1985), Hooke (1988), Viles dan Spencer, 1995,
Panizza (1996) dan Oya, 2001.
Dalam buku-buku teks
geomorfologi setelah tahun 1960-an analisis geomorfologis sudah ada
kecenderungan ke analisis kuantitatif. Hal tersebut dimungkinkan oleh kemajuan
teknologi dalam membuat instrumen yang lebih praktis dan lebih teliti. Dalam
bukunya Leopold et al., (1960) yang berjudul “Fluvial Processes in
Geomorphology” banyak menyajikan data debit yang dikaitkan dengan
parameter lembah sungai dan besar muatan sedimen, King (1960), Goudie (1986)
dan Dackombe (1983) memberikan petunjuk praktis dalam mengukur,
mengklasifikasikan aspek geomorfologi secara mendalam, termasuk analisis
material batuan penyusun. Metode pemetaan geomorfologi yang semula banyak
dikerjakan secara terestrial, setelah periode tahun 1960-an mulai memanfaatkan
foto udara dan atau citra penginderaan jauh yang lain, bahkan pads dasawarsa
terakhir ini pemetaan geomorfologi tanpa menggunakan tehnik penginderaan jauh
dirasa kurang memadai.
- ARTI
PENTING GEOMORFOLOGI
Di dalam rangkaian
mempelajari geomorfologi berturut-turut akan diuraikan mengenai konsep dasar
geomorfologi, proses geomorfologi, tenaga geomorfologi dan bentuk lahan akibat
proses geomorfologi yang disebabkan oleh tenaga geomorfologi tertentu.
Permukaan bumi selalu mengalami
perubahan bentuk dari waktu kewaktu sebagai akibat proses geomorfologi, baik
yang berasal dari dalam bumi (endogen) maupun proses geomorfologi yang berasal
dari luar bumi (eksogen). Proses yang berasal dari dalam bumi dapat dibedakan
menjadi 2 kelompok yaitu : (a) diastrofisme dan (b) volkanisme. Diastrofisme
terdiri atas tenaga epirogenesa dan orogenesa. Tenaga epirogenesa merupakan
proses pengangkatan kerak bumi dalam wilayah yang sangat luas dengan kecepatan
relative lambat, misalnya pengangkatan benua, sedangkan tenaga orogenesa
merupakan pengangkatan pada daerah yang relatif sempit dalam waktu relatif
singkat, misalnya pembentukan pegunungan lipatan. Proses endogen tersebut
sangat berpengaruh terhadap pembentukan struktur geologi antara lain berupa :
struktur horizontal, lipatan, sesar atau blok, struktur volkan, dan pegunungan
kompleks.
Telah disebutkan di muka
bahwa permukaan bumi selalu mengalmi perubahan sebagai akibat terus menerus
berlangsungnya proses-proses baik dari dalam bumi maupun proses yang berasal
dari permukaan bumi. Proses endogen termasuk kegiatan kegunung apian dan
proses-proses pembentukan perbukitan dan pegunungan (diasreopisma) akan
mengakibatkan perubahan bentuk permukaan bumi karena aktivitas gunung api,
tektonik, maupin gempa bumi. Aktivitas tersebut menghasilkan struktur geologi
maupun geomorfologi permukaan bumi. Berdasarkan struktur geologisnya kita kenal
struktur horizontal (dataran dan plato), dan struktur miring (dome, lipatan,
sesar, serta gunung api).
Proses eksogen
berlangsung pada permukaan bumi dan tenaganya berasal dari luar kulit bumi.
Tenaga yang bekerja disebut tenaga geomorfologi, yaitu semua medium alami yang
mampu mengikis dan mengangkut material di permukaan bumi. Tenaga ini dapat
berupa : air mengalir, gletser, air tanah, gelombang dan arus laut, tsunami dan
angina. Berdasarkan proses yang bekerja pada permukaan bumi dikenal proses :
fluvial, marin, eolin, dan proses glasial. Akibat bekerjanya proses tersebut
maka terjadilah proses gradasi, yang dapat dibedakan menjadi degradasi dan
agradasi. Proses degradasi cenderung menyebabkan penurunan permukaan bumi,
sedangkan proses agradasi menyebabkan penaikan permukaan bumi menuju level umu
(common level). Pada proses degradasi didalamnya terjadi tercakup proses yang
diawali oleh proses pelapukan, kemudian proses gerak massa batuan dan erosi.
Berlangsungnya proses eksogen tersebut dipengaruhi oleh faktor geologis,
(mencakup jenis batuan, sikap perlapisan, dan kedudukan batuan atau struktur
geologi), iklim, topografi, vegetasi, dan tanah.
Studi geomorfologi
merupakan studi yang menitik beratkan pada bentuk lahan penyusun konfigurasi
permukaan bumi. Telah disebutkan sebelumnya bahwa konfigurasi permukaan bumi
adalah merupakan pencerminan dari interaksi proses endogen dan eksogen.
Konfigurasi permukaan bumi yang dibentuk oleh proses-proses endogen merupakan
unit geomorfologi yang bersifat konstruksional yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor geologi dan topografi.
Bentang lahan merupakan
suatu wilayah yang mempunyai karakteristik tertentu, dalam hal: bentuklahan,
tanah, vegetasi, dan pengaruh manusia (Vink, 1983). Bentang lahan mencakup
bentukan alami dan non alami, atau budaya. Bentuk lahan merupakan bagian dari permukaan
bumi yang mempunyai bentuk khas sebagai akibat dari proses dan struktur batuan
selama periode tertentu. Oleh karena itu keberadaannya ditentukan oleh faktor:
topografi, struktur geologi/batuan dan proses eksogenetik, sehingga termasuk
bantukan hasil proses destruktif. Bentuk lahan merupakan salah satu sumber data
yang dapat digunakan untuk mengkaji potensi wilayah, khususnya terhadap
sumberdaya alami.
Hasil Proses yang Terjadi di Bumi
Hasil proses ini meliputi :
1.
Tanah (soil) dan batuan (rocks)
2.
Bentuklahan (landforms dan landscapes)
3.
Mineral sekunder
4.
Struktur geologi
5.
Lipatan (Folds)
1.
Kekar (Joints)
2.
Sesar (Faults)
3.
Ketidakselarasan (Unconformities)
Adapun dasar Klasifikasi Bentuklahan dapat
diuraikan sebagai berikut :
Dalam skala kecil bisa
dilihat dari Globe bumi. Relief diatas permukaan bumi disebut “Benua”, dan
dibawah muka air laut disebut “Ledok Sautan”. Bentang relief tersebut dinamakan
“BENTANG RELIEF ORDE I”.
Benua, pada benua
tersebut dapat tersusun dari relief yang beda tingginya besar disebut dengan
perbukitan atau pegunungan. Bentang relief tersebut dinamakan dengan “BENTANG
RELIEF ORDE II”.
Kesamaan hasil kerja
proses-prosesm dari tenaga yang berasal dari luar dari luar disebut dengan
“BENTANG RELIEF ORDE III”.
Klasifikasi bentuklahan didasarkan pada :
genesis, proses, dan batuan, (Verstappen, 1985).
Satuan bentuklahan berdasarkan berdasarkan genesanya, yaitu :
1. Bentuklahan Bentukan Asal Volkanis,
Bentuklahan yang terjadi karena berbagai fenomena yang terjadi berkaitan dengan
pergerakan magma yang naik ke permukaan bumi.
Contohnya :
- Volkanisme
(Kegunungapian)
- Volcanoes
(Gunung api)
- Erupsi
- Lava
- Piroklastik
2. Bentuklahan Bentukan Asal
Struktural
Bentuklahan terbentuk karena adanya proses endogen. Proses ini meliputi,
pengangkatan, penurunan, dan pelipatan kerak bumi sehingga terbentuk struktur
geologi yaitu, lipatan dan patahan. Yang meliputi :
- Dip
(sudut)
- Strike
(jurus)
- Dip
slope
- Face
slope (dinding terjal)
- Scarp
3. Bentuklahan Bentukan Asal
Proses Denudasional
Proses ini dimaksudkan besarnya material permukaan bumi yang terlepas dan
terangkut oleh berbagai tenaga geomorfologi persatuan luas dalam waktu
tertentu. Proses tersebut berupa erosi dan gerak massa batuan.
4. Bentuklahan Bentukan Asal
Proses Fluvial
Bentuklahan ini
berhubungan dengan daerah penimbunan (sedimentasi), bentuklahan yang disebabkan
oleh proses fluvial adalah bentuklahan yang terjadi akibat proses air mengalir
baik yang memusat (sungai) maupun oleh aliran permukaan bebas (overland view).
Ketiga aktivitas sungai maupun aliran permukaan bebas tersebut mencakup :
- Erosi
- Transportasi
- Deposisi/sedimentasi
5. Bentuklahan bentukan Asal
Proses Marin
Bentuklahan yang terjadi pada daerah pesisir, proses tektonik masa lampau,
erupsi gunung berapi, perubahan muka air laut.
Daerah pesisir merupakan daerah pantai dan sekitarnya yang masih terkena
pengaruh langsung dari aktifitas marin. Daerah marin dapat dikelompokkan
kedalam 4 macam:
- Pesisir
bertebing terjal (cliff)
- Pesisir
bergisik (sand beach)
- Pesisir
berawa payau (swampy beach)
- Terumbu
karang
Secara garis besar
perkembangan pesisir secara alami dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
pertambahan daratan, dan penyusutan daratan.
6. Bentuklahan Bentukan Asal Proses Angin (aeolian)
Bentuk lahan yang terbentuk dari
proses erosi dan sedimentasi oleh angin. Contohnya : Gumuk Pasir.
7. Bentuklahan Bentukan Asal Proses
Pelarutan
Bentuk lahan ini terbentuk pada
daerah-daerah yang terdiri dari batu gamping yang mengalami pelapukan.
Contohnya plato karst, perbukitan karst, dan lain-lain.
8. Bentuklahan Bentukan Asal Proses
Organik
Bentuklahan bentukan asal organik antara
lain terumbu karang (coral reef), pesisir bakau (mangrove coast),
dan rancah gambut (pit bog).
9. Bentuklahan Bentukan Asal Proses Glasial
Bentuklahan bentukan Glasial disebabkan
oleh pencairan es/salju yang pada umunya terdapat di daerah lintang tinggi
maupun tempat-tempat yang mempunyai elevasi tinggi dari permukaan laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar